Segera perbaiki niat dan tujuan anda. Hal yang pertama adalah niat menikah harus benar-benar dilandasi dakwah. pacaran setelah menikah adalah penyelesaian dalam mengurangi tingkat percaraian. Karena menikah setelah pacaran memiliki dampak:
* Pasangan itu cenderung akan sering mengeluh, tidak bersukur bahkan cerai. Kenapa demikian? Karena dia dan si doi sudah bosen dengan cerita-cerita dan canda-candaan yang sudah sering diceritakan kepada dia dan si doi ketika pacaran, apalagi tempat jalan-jalan, karena mereka dahulu ketika pacaran sudah sering jalan-jalan ke tempat itu, akhirnya setelah menikah mereka akan menikmati hidupnya hanya di rumah saja. Karena mereka sudah bosan atas apa yang pernah mereka lakukan ketika pacaran. Seandainya mereka ingin jalan-jalan ketempat yang baru, itupun akan membuat mereka cepat jenuh lantaran mereka sudah sering cerita ketika pacaran. Walaupun mereka punya anak, mungkin yang mereka ajak becanda adalah anak-anak mereka tetapi di balik itu sepertinya dia dan si doi dapat dipastikan dapat memiliki konflik . Karena rasa jenuh mungkin. Diprediksikan bahwa nantinya mereka lebih suka menyendiri, kenapa?. Karena daripada menyalahkan pacaran lantaran mereka sering bosen mendingan mereka saling diam1. Pada suatu ketika saya pernah mendengar perkataan Guru bahasa Arab saya yang menjelaskan kerugian-kerugian pacaran. Ketika itu dia sedang tidak menceritakan masalah itu dengan hakikat, tetapi dengan survey yang telah di lakukan oleh sebagian mahasiswa (Saya akan bertanya kepadanya lagi tentang validitas berita ini, untuk mensesuaikan mahasiswa dari Universitas mana.). Dalam survey yang dilakuakan mahasiswa itu mereka dapat menyimpulkan bahwa dari 20 orang yang menikah lewat pacaran akan cenderung mengalami perceraian akibat adanya rasa bosan 2. Kurang lebih begitu. Jadi begini ketika orang yang menikah lewat pacaran itu akan cenderung cerai lantaran rasa bosan, kecewa dan jengkel. Lha kenapa demikian?. Kita harus tahu bahwa yang namya pacaran sebagian besar adalah (maaf, saya tidak menemukan kata yang baik) “kebohongan”. Mengapa bisa begini?. Apakah mungkin bagi dia akan menceritakan kejelekan-kejelekannya samapai kedalam-dalamnya kepada si doi ketika pacaran?. Itu tidak mungkin, karena apakah mau dia akan “cap” jelek sama si doi?. Tidak khan. Jika seandainya ada kejelekan-kejelekan yang dimilikinya di sampaikan kepada si doi, “paling” tidak hanya kejelekan yang sedikit dalam. Jadi, jangan merasa “menang” ketika si doi sudah sering cerita tentang kejelekan-kejelekannya. Belum tentu hal itu adalah kejelekannya yang paling jelek. Sekarang begini aja deh, pernahkah kita menceritakan tentang kejelekan dasar kita kepada orang lain?. Enggak khan. Kita harus tahu bahwa Gunung Es yang terlihat di permukaan laut itu adalah 1/10 dari badannya. Jadi kita hanya melihat 10%nya, karena 90% “sembunyi” di dalam air. Sehingga wajar saja jika si doi gak betah sama dia lantaran dia selalu bercerita tentang hal-hal yang baik saja, tanpa menceritakan keburukannya ketika pacaran. Sehingga ketika menikah terbongkarlah kejelekan-kejelekannya, trus dia juga tidak terima dengan pengakuan doi yang baik-baik ketika pacaran, sehingga timbullah rasa kekealan. Tetapi, berbeda ketika “pacaran” setelah menikah, karena mereka belum saling kenal, karena itu, biarpun dalam waktu yang lama mereka akan selalu ingin tahu tentang seluk-beluk si doi. Kenapa demikian?. Karena rasa penasaran dapat mengalahkan kejenuhan itu sendiri.(Eith... ini bukan promosi lho) Melakukan apa saja jika sesuai tuntunan Rasulullah maka halal bahkan bernilai Ibadah. Subhannallah... Ini tidak lain karena “peristiwa” Ta'aruf yang intensif di mana segala kejelekan di utarakan kepada pasangan agar nantinya tidak ada perasaan kecewa. Dan yang mengutarakannya itupun bukan hanya dia, tetapi seluruh sahabat-sahabat beserta keluarganya. Sehingga sangat “jarang” sekali timbul manipulasi “pencurian” kebahagiaan.(maklum). Orang yang menikah dengan cara ini, punya ambisi kuat agar menikah sekali seumur hidup. Setidaknya mereka punya niatan dan tekad yang kuat oleh karena itu mereka berdo'a, agar berada di jalur Allah selalu.
* Prediksi: mereka akan sering bosan. Kita tidak boleh dipungkiri bahwa manusia itu memiliki rasa bosan terhadap apa yang sering dia hadapi. Karena masalah kebosanan ini, sehingga distribusi motifasi jadi berkurang3. Ketika pacaran diprediksikan bahwa mereka memberikan motifasi, karena motifasi dibuat untuk menambah rasa cinta ketika mereka “pacaran.” Jika demikian ketika mereka menikah hal ini dapat berakibat kurang bersemangat karena hilangnya gairah hidup untuk semangat yang dihasilkan oleh suatu motifasi. Sehingga si doi, lebih banyak cerita kepada Allah. Amien Tetapi jika si doi merasa kurang melampiaskan “kebosanannya” lalu cerita ke orang-orang, bagaimana?. Bukankah ini menyebabkan aib keluarga tersebar?. Bukankah tugas seroang anggota keluarga itu seharusnya “menutupi” aib dirinya sendiri.Wallahua'lam..
0 komentar:
Post a Comment